Angkatan tahun -77

Rabu kemarin saya sempat mencari sebuah buku yang lumayan langka dipasaran. Akhirnya saya mencari buku tersebut ke tempat biasa orang-orang menyebutnya palasari. Tempat itu memang terkenal murah dan lengkap, walaupun tidak terlihat mewah seperti mall di pusat kota. 'Gang' pertama saya lewati, sudah terlihatlah toko buku berukuran sekitar 2,5 x 2,5 m berjejer. Toko pertama dalam pertigaan itu langsung menawari bantuan mencari buku apa yang saya maksud. Setelah beberapa lama, penjual paruh baya itu menyerah mencari buku yang saya inginkan.

Tanpa disadari didepan toko pemuda yang menyerah mencari tadi mendengar buku yang saya inginkan dan mulai menyapa saya "de, bapak punya, tapi pengantarnya pake bahasa inggris, ngga apa-apa?" saya beranjak dari toko pemuda ke toko orang yang menyapa saya dengan sangat antusias. Ternyata seorang kakek-kakek, namun tidak terlalu tua, rambutnya putih dan bajunya sederhana.




Ia berhenti membersihkan buku lama dengan bayclin dan mulai mencari buku yang saya cari. Akhirnya ia melonjorkan tangannya sambil memegang buku tuanya, bapak ini terus bergumam kalau buku ini dari kedutaan langsung dan memang sangat sulit mencarinya. bahkan penilaian saya bapak ini sangat cerewet. Saya buka buku itu, tertulis 'mouskou 1954' ketika dibuka dalam pembahasannya memang bahasa Inggris pengantarnya, saya cukup keberatan dan menanyai apakah ada pengantar yang berbahasa Indonesia? bapak tersebut kemudian mengoceh bahwa sekalian aja sama belajar bahasa inggris nya. namun saya tetap enggan, akhirnya bapak itu mencari buku yang saya inginkan di toko lain.

Bapak tersebut cukup lama tidak kembali, sampai akhirnya ia mengggenggam 1 buku yang saya maksud, ketika saya buka, ya ini yang saya maksud, dan pengantarnya pun berbahasa Indonesia walaupun 'c' masih ditulis 'tj' dibuku itu. Oke anggapan saya buku tua ini dengan sedikit berjamur paling 10 ribu rupiah saja. Namun ketika ditanya, bapak ini membuat tarif 175.000 rupiah untuk pengantar berbahasa Indonesia, dan 225.000 untuk pengantar berbahasa Inggris. Saya hanya punya uang 100 ribu. Tidak mungkin saya habiskan, dan ternyata ketika ditawar dibawah seratus ditolak mentah-mentah. Pupus sudah harapan saya. Sampai akhirnya bapak tua menjengkelkan itu ngobrol dengan saya


" sekolah dimana sih de? Emang nyari buku bahasa rusia untuk apa de?" saya menjawab dengan santai. Obrolan saya dengan bapak ini mulai menarik dan bapak ini bilang, "liat sekarang de, di tivi tivi sekarang, anak muda cuman bisa nari-nari, hura-hura, atau apalah yang ngga ada manfaat."

di lain sisi saya mulai curiga, mungkin ini yang dilakukan para pedagang buku ketika bukunya gagal terjual, yaitu mencari obrolan menarik dengan pembelinya. Namun semakin kesini bapak ini semakin emosi.

"Ade tau ngga siapa yang punya budaya itu siapa? itu mah bukan budaya kita, sama sekali bukan budaya Indonesia. kenapa bapak sampai emosi kaya gini tuh karena bapak ini angkatan 77 de. 33 tahun setengah bapak memonitor pergerakkan orang-orang non pribumi. Sekarang banyak budaya tionghoa, barat masuk ke kalangan kaya ade. Dulu mana ada de.. walapun bapak terus diperintah sama orang cina sampai sekarang. Dan sekarang dipusat-pusat kota hampir semua Tanah dibeli sama orang cina, mereka bikin usaha mereka, rumah mereka dipusat kota, sementara orang yang kaya bapak hidupnya diemperan de. Sekarang banyak orang keturunan cina jadi pejabat, tapi pemuda sekarang malah terlena sama acara kata di tivi de."

"Bapak berpesan ke ade kaya gini soalnya dulu ayah bapak itu angkatan 45 de, seminggu sebelum leher ayah bapak dipenggal, Jepang kalah dan pergi dari Indonesia. Dulu itu mereka sadis-sadis de. tapi sekarang mereka nyusupin budaya mereka supaya kaya ade ini nantinya terlena dan gaada yang sadar."

datanglah pembeli lain, dan saya izin pergi kepada bapak itu.
yah.. walaupun gagal mendapatkan buku itu tapi pelajaran dari orang-orang angkatan -77 itu memang sangat menarik.






1 komentar:

Nandita Syifa Fadillah mengatakan...

ieu hade euy.. tukang dagang yang bercerita.. hahahahah
memang bener jib. kebanyakan hura - hura, ngga ada rasa nasionalisnya, ya..
indonesia butuh pemuda2 seperti kita jib hahahaha
posting lagi yang banyak yo!

Posting Komentar