Surat terbuka untuk MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia)

Assalamualaikum Pak,
Saya Muhammad Najib Alyasyfi, seorang anak yang masih belajar menulis dan masih mengumpulkan fakta. Bapak boleh panggil Najib. Saya tidak terlalu mengerti ilmu hadits dan fiqih yang sangat dalam seperti bapak sekalian. Karena saya masih di bangku kuliah semester 2 jurusan Fisika Murni Universitas Pendidikan Indonesia. Ada yang menggelitik saya pak, maaf. Surat ini bukan untuk membalas surat balasan MIUMI ke ibu Dina. Karena saya tahu ilmu saya tidak mumpuni untuk berbicara politik lugas di dalam surat ibu Dina yang bapak balas dengan berbagai hukum tentang  Nushairiyah.

 Tapi setelah saya membaca surat bu Dina lalu dibalas oleh bapak dengan gaya yang sama, terlihat bagaimana cara berfikir bapak selama ini.
Mengapa hal ini sangat menggelitik saya pak? Karena MIUMI yang mempunyai kepanjangan (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) memekarkan hati saya untuk saling mengingatkan kepada ulama- ulama muda Indonesia untuk merevolusi cara berfikir tanpa bukti jelas,bukankah kita manusia diciptakan untuk berfikir bebas beralasan dan memiliki cara berfikir rasional?
Mengapa saya berani mengingatkan hal sepele seperti ini?
Pertama, bahwa mengingatkan adalah perintah agama islam, betul pak? Kedua, saya sedih melihat tulisan bapak yang tak ada bukti konkret yang jelas dan terkesan emosional  dalam surat tersebut sehingga saya menilai bila ulama muda memiliki cara berfikir salah akan memperburuk masa depan islam itu sendiri. Lihatlah pak bagaimana pentingnya peran bapak dalam kelangsungan islam di Indonesia. Lalu saya lihat sekarang pak, ulama pada terpancing suasana dan malah memukul gong peperangan dalam peresmian acara pembantaian. Ketiga, bukan sok atau apa pak, saya kira anak fisika yang dilatih menjadi ilmuwan memiliki keterbiasaan untuk berfikir rasional dan logis serta perlu ada bukti yang jelas. Bahkan saya pikir semua manusia pun akan mempunyai sifat berfikir seperti itu. Sehingga saya mengajak bapak untuk berfikir rasional, dengan bukti yang jelas, dan logis. Boleh pak?
Pertama kita tidak membicarakan terlebih dahulu bahwa Assad itu Nushairiyah atau bukan, atau hukum mengenai Nushairiyah, karena yang terpenting duluan adalah pertanyaan, ada apa di Suriah? Dan Seberapa penting kita memikirkan hal itu? Betul pak?
 Ternyata ada pembantaian umat islam disana  sehingga ada kewajiban kita untuk menganalisis, betul pak? Jadi yang pertama menganalisis dulu apa masalahnya, sebelum kita menghukumi. Betul pak? Ayat Al-Qurannya ada di Al-Hujurat, kalau hadits nya bapak yang lebih tahu lah.
Baiklah, tahap analisis ini menguji apa yang ada didalam hati kita dengan fakta yang ada. Sehingga kita harus jernih untuk mencari tiap fakta apa yang terjadi dan apa sebabnya. Membuang kesombongan dan berani mengambil yang benar adalah cara manusia berfikir jernih, benar pak?
Fakta yang kita cari tentunya fakta yang asli dan tidak dibuat-buat, agar hasil analisis kita betul. Sehingga data tersebut kita cari jangan dari media yang terlihat mencolok mendukung golongan tertentu, dengan cara melihat konten beritanya, jika dalam konten beritanya diselingi dengan kalimat memojokkan pihak tertentu kita tolak, karena disitu ada indikasi berita itu dibuat-buat oleh orang yang berkepentingan, atau ada cara lain pak, kita bandingkan dengan media kontra pihak tersebut, lalu kita mencari media media netral, inilah yang agak sulit memang pak, sehingga saran saya pak, ulama sekarang juga harus membaca berita aktual yang banyak dan ulama harus rajin menganalisis bukan menghukumi terlebih dahulu. Lalu yang lebih sulit bahwa ulama sekarang lebih sering menerima hasil dari kabar angin berbau propaganda daripada menganalisisnya terlebih dahulu dengan bijak dan jujur.
Catatan penting bahwa kadang kala analisis yang diperoleh oleh kita berbanding terbalik dengan analisis banyak orang dan media, namun hal itu tidak membuat seorang ulama taat terbawa salah oleh mereka yang mempunyai kepentingan.
Majelis Intelektual adalah majelis yang kritis dan jujur dalam pengkajiannya. Ulama Muda Indonesia adalah ulama yang lahir dengan pelajaran kehidupan yang lebih baru dan segar, dan berani menganalisis.
Wassalamualaikum
M. Najib Alyasyfi
21/02/2015


0 komentar:

Posting Komentar