Laporan Ujian Praktek Kimia
Pembuatan Puding Sebagai Contoh dari Jenis Koloid
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRHTfZWgd544hRuRUgiIVr3muEhFaLviWQC_0Ymv7vQ8pQkGp7WSw
 









Disusun oleh :
Annisa Sekar Pratiwi
Diani Nur Agustin
Donny Febriyan
Metta Dewi Asri
M.Najib A
M.Yogi Arsyandi
Rinzani Nur Laily
Kelas   : XII IPA 5

SMA NEGERI 6 BANDUNG
2013/2014

1.      Judul : Membuat Puding sebagai salah satu jenis koloid

2.      Tujuan percobaan:
2.1.  Untuk mengenal jenis-jenis koloid
2.2.  Untuk mengetahui cara pembuatan salah satu jenis koloid yaitu puding
2.3.  Untuk mengetahui koloid-koloid dalam kehidupan sehar-hari
2.4.  Untuk mengetahui puding termasuk koloid berjenis apa
 
3.      Pelaksanaan percobaan
Minggu 23 Februari 2014

4.      Alat dan bahan
4.1.  Alat : 
-          Kompor
-          Panji
-          Cetakan/loyang puding

4.2.  Bahan:
a. Bahan A:
-        3 bungkus agar-agar putih
-          300 gram gula putih
-          750 cc susu murni
-          4 butir telur
-          Pewarna makanan warna merah secukupnya

b.      Bahan B:
-  1 Bungkus agar-agar putih
-  100 gram gula pasir
-  400 cc susu murni

c.       Bahan C:
-  1 bungkus agar-agar putih
-  100 gram gula putih
-  400 cc air
-  Pewarna makanan warna Hijau secukupnya

5.      Landasan teori
5.1. Pengertian Koloid
Koloid adalah materi yang mempunyai ukuran partikel 1 – 1000 nm, yang mana pada ukuran tersebut partikel dapat melewati kertas saring tetapi tidak dapat melewati membran hewan atau tumbuhan

5.2.  Pengelompokan Koloid
Sistem Koloid
Fasa Terdispersi
Fasa Pendispersi
Contoh
Busa
gas
cair
buih sabun, ombak, minuman bersoda
Busa Padat
gas
padat
batu apung, karet busa, biskut, kerupuk
Aerosol
cair
gas
kabut, hairspray, obat semprot
Emulsi
cair
cair
susu, santan, minyak ikan
Gel
cair
padat
keju, mentega, selai, agar-agar, lateks, mutiara, semir padat, lem padat
Aerosol Padat
padat
gas
asap, debu, buangan knalpot
Sol
padat
cair
kanji, cat, tinta, putih telur, protoplasma, air lumpur, semir cair, lem cair

5.3. Sifat-sifat Koloid
a.      Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya dicampur akan menghasilkan koloid yang nampak seperti susu)

b.      Gerak Brown
Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak dan lurus tapi tidak menentu, hal ini diakibatkan tabrakan dengan medium pendispersinya.

c.       Absorpsi
Ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel
Catatan: absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang terjadi di dalam suatu partikel

d.      Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispesi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

e.       Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
f.       Koloid Liofil dan Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.


 - Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g.      Emulasi
Emulasi adalah koloid cairan dalam medium cair. Agar larutan koloid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h.      Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

5.4.      Pembuatan Koloid

1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a.       Reaksi Pengendapan

Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3

 2. Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl


 3. Reaksi Redoks

Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.

Contoh: pada larutan emas

Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH

 4. Reaksi Pergeseran

Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.

Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3

 5. Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2.      Cara Dispersi

Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.

1. Cara Mekanik

Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.

Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air.

Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air.

Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.





2. Cara Peptisasi

Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.

sol NiS dengan menambahkan H2S.

karet dipeptisasi oleh bensin.

agar-agar dipeptisasi oleh air.

endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.

3. Cara Busur Bredia/Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.

4. Cara Ultrasonik

yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)

5.5.    Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.

5.6.    Struktur dan Karakteristik Gel
Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan.
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam kultur jaringan.

5.7.    Histeresis Gel
Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan gel lainnya, yang berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair. Agar-agar mulai mencair pada suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Jadi tidak seperti air yang memadat dan mencair pada titik suhu yang sama.

5.8.            Gel
Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti gelatin: padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'. Sifat ini menarik secara indrawi sehingga banyak olahan makanan melibatkan agar-agar: pengental sup, puding (jelly), campuran es krim, anmitsu (di Jepang), agar-agar dikenal luas di daerah Asia Tropika sebagai makanan sehat karena mengandung serat (fiber) lunak yang tinggi dan kalori yang rendah. Kandungan serat lunak yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa makanan di usus (laksatif).
Selain digunakan sebagai makanan, agar-agar juga digunakan secara luas di laboratorium sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan tumbuhan dan biakan mikroba, dan juga sebagai fase diam dalam elektroforesis gel. Di laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa saja.

6.      Cara Pembuatan
-          Menyiapkan loyang panjang/piramid yang telah dibasahi
-          Memasak bahan A, B, dan C terkecuali putih telor.
-          Setelah bahan A dimasak sampai mendidih, lalu memasukkan ke dalam kocokan putih telur sambil dikocok terus menerus sampai rata dan berwarna merah
-          Memasukkan adonan ke cetakan/loyang 2/3 nya. Karena 1/3 nya untuk bahan B dan C
-          Menyiram adonan B diatas adonan A
-          Menyiram lagi adonan C diatas adonan B dan A
-          Mendiamkan 3 adonan tersebut


7.      Data hasil pengamatan
Ternyata setelah didiamkan, 3 bahan tersebut menyatu dan membentuk agar-agar berbentuk semangka. Padahal sebelumnya 3 bahan tersebut masih mencair dan masih berpisah satu sama lain.


8.      Diskusi hasil pengamatan
-          Puding merupakan salah satu jenis koloid padat-cair (gel)

9.      Kesimpulan

Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Puding merupakan salah satu contoh jenis koloid gel.












DAFTAR PUSTAKA



















0 komentar:

Posting Komentar